Bolehkah Skripsi Mahasiswa Dipublikasikan Oleh Dosen?

Oleh: Urip Santoso

Sebelum menjawab pertanyaan yang cukup sensitif ini, mari kita bahas filosofi skripsi mahasiswa S1. Pada dasarnya skripsi mahasiswa merupakan wahana pelatihan bagi mahasiswa untuk meneliti. Secara filosofi skripsi mahasiswa itu hanya menjawab apa. Dari kedua tujuan skripsi bagi mahasiswa S1 itu, jelaslah bahwa skripsi bisa dinyatakan belum memenuhi standard ilmiah, sebab apa yang diteliti oleh mahasiswa bisa saja terdapat banyak kesalahan. Mengapa? Kita semua tahu, orang yang baru berlatih. Tentu saja banyak melakukan kesalahan. Meskipun ada dosen pembimbing, kesalahan tetap saja dilakukan oleh mahasiswa. Ya, karena mahasiswa belum terampil meneliti. Ambil contoh, mahasiswa dalam melakukan persiapan penelitian saja banyak hal yang tidak tahu. Seringkali mahasiswa juga menutupi kesalahan mereka jika mereka tahu. Celakanya, banyak diantara mereka yang tidak tahu bahwa mereka telah melakukan kesalahan dalam persiapan penelitian. Kita semua tahu bahwa persiapan adalah tahap awal yang sangat menentukan berhasil tidaknya penelitian kita. Pengalaman saya selaku dosen, sebagian besar mahasiswa melakukan kesalahan dalam persiapan penelitian. Sebagian bisa diperbaiki karena saya selaku pembimbing mengetahuinya.
Setelah persiapan mahasiswa kemudian melakukan penelitian. Namanya juga masih berlatih, maka wajar jika mereka kurang terampil dalam penelitian itu. Ya, pengalaman pertama sih. Siapapun akan setuju bahwa orang yang baru melakukan pertama kali pastilah banyak bingungnya daripada tahunya. Nah, kurang terampilnya mahasiswa ini dapat membuat tahapan yang mereka lakukan tidaklah sempurna. Akibat lebih lanjut dari kondisi ini, data yang diperoleh dalam penelitian mahasiswa masih belum sempurna. Data yang kurang sempurna ini menurut hemat saya sangat riskan jika dipublikasikan, karena sarat dengan ketidaksempurnaan.
Yang kedua, skripsi mahasiswa S1 baru menjawab pertanyaan apa, sehingga data yang diperoleh pun masih sangat dangkal. Mahasiswa S1 baru mejawab fenomena yang tampak. Misalnya, mahasiswa penelitian penggunaan tepung mengkudu, maka mahasiswa tersebut hanya akan menjawab pertanyaan penelitian tentang kemungkinan tepung mengkudu digunakan sebagai bahan imbuhan pada ayam. Ia hanya menjawab bisa tidak tepung mengkudu digunakan pada pakan ayam. Skripsi itu belum menjawab bagaimana dan mengapa, yang memang porsi tersebut untuk mahasiswa S2 (apa & bagaimana) dan S3 (apa, bagaimana dan mengapa).
Nah, jika kondisinya seperti itu, wajar tidak para dosen yang notabene minimal pendidikannya S2 menggunakan skripsi mahasiswa S1 untuk dipublikasikan atas namanya? Tentu saja bahasannya sangat terbatas, betapapun dosen tersebut sudah sangat mahir. Menurut hemat penulis ini melanggar etika. Mengapa? Pertama, yang meneliti dan yang membiayai penelitian itu adalah mahasiswa bukan sang dosen. Jadi yang berhak atas hak cipta penelitian itu adalah mahasiswa bukan dosen pembimbing. Bisa saja dosen itu berkilah, kan yang punya ide dosennya. Saya bisa nyatakan bahwa pernyataan itu kurang tepat sasaran, karena memang tugas dosen untuk mengarahkan mahasiswa dalam penelitian. Sudah saya sampaikan bahwa mahasiswa berlatih. Nah, tentu saja mereka memerlukan arahan dari dosen pembimbingnya. Kedua, terbatasnya data sangat tidak mungkin dikembangkan suatu karya ilmiah yang bermutu tinggi. Ketiga, dosenlah yang harus membantu kesulitan mahasiswa, bukan sebaliknya bahwa dosen memanfaatkan atau membantu sang dosen naik pangkat. Terbalik bukan? Lepas dari itu semua, dosen yang hanya mengandalkan skripsi mahasiswa untuk karya ilmiahnya sangatlah merugi. Mengapa? Pertama, mereka tidak akan berkembang kepakarannya, karena terbatasnya informasi yang diperoleh mahasiswa. Jika sang dosen memaksakan suatu penelitian yang lebih tinggi tingkatannya, maka dosen itu telah memberikan tugas kepada mahasiswa melebihi dari apa yang seharusnya. Dosen dengan tipe ini memang ada dan mungkin cukup banyak. Saya tidak bisa memastikan karena belum melakukan penelitian tentang hal ini. Kedua, dosen dengan tipe ini akan kurang dihormati oleh mahasiswanya. Tentu saja hal ini tidak langsung dikatakan di depan sang dosen. Ketiga, sang dosen telah melanggar etika karena mengaku data yang dipublikasikan diaku sebagai karyanya. Keempat, sang dosen telah melanggar sumpah jabatannya sebagai dosen yang akan bekerja sesuai dengan aturan dan jujur. Dan masih banyak lagi kerugian yang akan diderita oleh sang dosen. Dirasakan atau pun tidak dirasakan.
Jadi, menurut saya, dosen tidak dibenarkan mempublikasikan skripsi mahasiswa yang dibimbingnya. Keadaan ini akan bisa dilakukan dengan syarat mahasiswa dan dosen sama-sama mempunyai kontribusi bukan hanya dalam ide tetapi juga dana penelitian. Dengan demikian dana untuk penelitian lebih besar dan data yang diperoleh juga akan semakin bermutu. Kedua, sang dosen harus langsung terjun meneliti. Hal ini harus dilakukan oleh sang dosen untuk mencegah terjadinya kesalahan betapapun kecilnya. Juga, dikarenakan mahsiswa tersebut masih belum terampil meneliti. Ketiga, skripsi mahasiswa hanya sebagian dari data yang diperoleh. Keempat, karya ilmiah yang dipublikasikan lebih kompleks daripada skripsi mahasiswa tersebut. Kelima, penempatan siapa yang penulis pertama dan kedua serta ketiga sudah disepakati bersama sebelum penelitian. Hal ini untuk mencegah konflik di masa yang akan datang.
Ada satu cara yang barangkali bisa ditempuh oleh sang dosen. Sang dosen biasanya membimbing mahasiswa beberapa orang. Anda dapat menset penelitian mahasiswa tersebut. Misalnya, satu mahasiswa meneliti satu faktor, mahasiswa lain menelitian satu faktor dan mahasiswa ketiga satu faktor. Anda dapat mensetnya sedemikian rupa sehingga anda dapat menjadikan penelitian itu dengan tiga faktor sekaligus. Jika ini anda lakukan, jelas bahwa data yang diolah oleh masing-masing mahasiswa berbeda dengan yang anda olah. Anda dapat mempublikasikannya tanpa khawatir akan mendapat protes dari mahasiswa. Akan tetapi, saya tetap menganjurkan kepada anda sebagai dosen untuk meneliti langsung, sebab anda akan mendapat banyak keuntungan darinya. Pertama, kepakaran anda akan berkembang pesat sejalan dengan banyaknya penelitian yang bermutu tinggi yang telah anda lakukan. Kedua, anda akan semakin terasah sebab anda akan selalu berusaha mencari ide-ide cemerlang lainnya. Ketiga, anda akan mampu bersaing secara ketat dalam mendapatkan dana penelitian. Keempat, anda akan diakui sebagai ilmuwan yang sejati. Kelima, anda tidak melanggar etika ilmiah yang seharusnya anda junjung tinggi-tinggi dan anda jadikan sebagai pedoman dalam meniti karir anda sebagai dosen. Keenam, anda akan dapat mempublikasikan karya ilmiah yang berbobot internasional. Dengan cara ini, anda telah mengharumkan Indonesia dikancah global. Kita semua tahu bahwa kontribusi para ilmuwan kita di dunia internasional masih sangat rendah. Ini menjadi tantangan buat kita semua untuk meningkatkan kontribusi ilmiah dari Indonesia di kancah internasional. Ketujuh, ilmu yang anda hasilkan dan anda publikasikan mudah-mudahan dicatat oleh Allah sebagai amal yang tidak akan putus meskipun anda telah meninggal dunia.

13 respons untuk ‘Bolehkah Skripsi Mahasiswa Dipublikasikan Oleh Dosen?

  1. Nama : Isa Nur Fitriyani
    Npm : E1C013117

    Setuju jika Skripsi di publikasikan, supaya tidak ada budaya plagiat skripsi (juga thesis dan desertasi) bukanlah bentuk registrasi yang sah dari suatu pencatatan karya ilmiah. Skripsi, baik yang diunggah di website maupun dalam bentuk hard copy, hanya repository dari suatu karya ilmiah. Oleh karena itu skripsi patut didorong untuk dipublikasikan agar teregistrasi secara resmi. Dan publikasi skripsi tersebut di jurnal ilmiah patut menyertakan dosen pembimbing atau pihak lain yang berkontribusi selama memenuhi jumlah skor hak kepengarangan dari sebuah karya tulis ilmiah (kriteria perhitungan terlampir pada notulen rapat).

    Suka

  2. Pak, saya ingin meminta saran bapak.
    Apa yang harus saya lakukan ketika dosen saya ingin mempublikasikan karya hasil penelitian dan pemikiran saya dengan mengatasnamakan dosen tsb?

    Bagaimana cara menjelaskan secara sopan ke dosen bahwa saya tidak ingin menyerahkan karya saya kepada dosen tsb?

    Terima kasih.
    Mohon dijawab

    Suka

    • Pertama-tama apakah Anda ikut proyek/kegiatan dosen? Jika ya, maka wajar tidak dosen mempublikasikan. Jika itu merupakan kegiatan bersama, maka dosen dan Anda menjadi penulisnya. Masalah mana yang pertama dan mana yang kedua itu silahkan didiskusikan. Jika itu merupakan murni tulisan/skripsi Anda dimana dosen sebagai pembimbingnya, maka Anda sebagai penulis pertama dan dosen sebagai penulis kedua. Memang tidak mudah bagi Anda. Anda bisa bicara dari hati ke hati dengan dosen tersebut, dan mencoba menjelaskan bahwa Anda akan mempublikasikan karya Anda dengan mencantumkan beliau sebagai penulis kedua. Coba Anda pelajari etika penulisan, dan coba sampaikan kepada dosen Anda. thanks

      Disukai oleh 1 orang

  3. Ass. Orang lain menanam kenapa kita yang memanen?mahasiswa yg berbuat kenapa dosen yang memetik. Mungkin itu gambaran yang pas untuk menjawab pertanyaan di atas. Tugas dosen pembimbing jelas membimbing tidak untuk lebih dari itu.

    Lain lagi kalau penelitian yang dilakukan mahasiswa S1 adalah penelitian pendahuluan dari materi penelitian sang dosen. Artinya hasil yang didapat akan merupakan satu kesatuan dari penelitian sang dosen. Saya sendiri adalah alumnus yang mengambil materi penelitian pendahuluan dari dosen yang juga sedang melakukan disertasi untuk mendapatkan Ph.D. Dalam hal ini akan terlihat ada saling memnuhi kepentingan, skripsi saya selesai dan sang mahasiswa S3 tertolong dgn hasil penelitian saya. Jadi wajar jika hasil penelitian saya juga ikut dipublikasikan tentunya publikasi utamanya adalah publikasi disertasi mahasiswa S3.

    Soo, menurut saya semua tergantung dari konteknya.

    Suka

  4. Saya mengalami langsung hal ini. Skripsi saya diterbitkan jadi jurnal oleh dosen Pembimbing saya, dan 3/4 dari jurnal saya bisa saya pastikan itu data dr skripsi saya dan saya masih pegang lengkap (cuma saya yg pegang) gak saya kasih ke dosen selain data skripsi dr bab 1-5 .
    Tapi pas dipublikasikan, nama saya sama sekali tidak dicantumkan.
    Solusinya bagaimana ya? Apa bisa jurnal yg udh diterbitkan, ditarik ulang untuk ditambah penulisnya? Soalnya saya pribadi ngga rela pakai data skripsi saya tapi tidak mencantumkan nama saya sbg salah satu peneliti nya.

    Suka

    • Artikel yang sudah diterbitkan tidak bisa ditarik kembali. Artikel yang sudah terbit bisa dilakukan koreksi, misalnya dengan menambahkan nama penulis. Ini dapat dilakukan dengan mengirimkan surat ke penerbit jurnal melalui surat pembaca. Jika nantinya artikel tersebut akan Anda gunakan untuk suatu keperluan, maka Anda dapat menggunakan artikel tersebut dengan melampirkan surat pembaca/surat koreksi yang telah diterbitkan. Thank

      Suka

  5. Sangat bermanfaat sekali, kebetulan saya sedang dibujuk dosen saya seperti kasus tersebut. Awal mula dosen bertanya kepada saya apakah bersedia apabila sktipsi saya dipublikasi oleh dosen dan nama saya digeser ke urutan terakhir, padahal itu ide saya dari awal dan penelitian saya yang melakukan. Walaupun saya akui dosen membimbing secara baik dan maksimal. Akan tetapi saya merasa agak keberatan dengan permintaan tersebut. Dan saya secara halus menolaknya dan agak kebingungan dengan permintaan tersebut. Sudah 4 bulan berlalu dosen kembali menghubungi saya dan mencoba mempublikasikan skripsi saya akan tetapi nama saya tercantum sebagai nama pertama.
    Dari kasus tersebut saya minta tolong saran dan pendapat dari anda sebagai orang yang berpengalaman dalam hal ini dengan pertanyaan saya berikut:
    Apa manfaat dari skripsi yang di unggah dosen tersebut (bagi saya maupun dosen)? (karena saya hawatir jika suatu hari nanti saya tidak dapat menjadikan karya saya yang telah diunggah tersebut menjadi protofolio untuk saya).
    Terimakasih dan mohon amat sangat bantuannya

    Suka

  6. Sejujurnya saya masih bingung soal ini pak. Tri darma perguruan tinggi kan banyak, dosen memiliki kesibukan lain, selain itu juga tidak mungkin turun langsung kelapangan, misalnya penelitian tersebut membutuhkan waktu 2-3 bulan.
    Jika skripsi tersebut, baik topik, judul, dan metode merupakan buah fikiran dosen, namun yang bertugas menjadi enumerator (pengumpul data) hanya mahasiswa S1, apakah hal demikian tetap salah?
    Lain hal jika topik, judul, dan metode merupakan buah fikiran mahasiswa tsb, sebagai dosen saya rasa tidak ada masalah disini untuk menjadi penulis kedua dalam jurnal.

    Suka

    • Bagaimana dengan biayanya? Apakah dari dosen? Jika iya, maka mahasiswa berarti ikut penelitian dosen. Jika dipublikasikan maka nama pertama dan nama korespondensi adalah dosen. Jika semua biaya ditanggung oleh mahasiswa, maka dosen sebaiknya tidak penulis pertama, tetapi cukup sebagai penulis korespondensi. Tks

      Suka

  7. Pak maaf saya mau ikut komentar terkait hal ini, dosen pembimbing saya sangatlah memanfaatkan murid bimbingan diantaranya ada 3 orang termasuk saya, saya dipaksa untuk publikasi lewat jalur proceeding dan jurnal, dosen itu pun tidak berperan dalam segi pembuatan artikel tersebut, maupun masalah biaya. Apakah sopan kalau kita adukan ke dekan kampus pak, terimakasih sblmnya

    Suka

    • Pertama komunikasikan dengan dosen tersebut mengenai ketidaksetujuan anda. Jika tidak ada kompromi, maka komunikasi dengan Ketua Prodi/Jurusan. Jurusan nanti akan mengkomunikasikan dengan dosen tersebut. Jika tidak ada kompromi baru lanjutnya ke Fakultas.

      Suka

  8. Pernah lihat seorang mhs itu selesai mengerjakan skripsi kemudian dibuat artikel tapi dalam artikel pembimbing jadi penulis satu sedangkan penulis kedua itu mahasiswa apakah boleh ya? Krn setahuku harusnya penulis pertama adalah mahasiswa tsb… Contoh yang sy lihat itu dosen YKPN an Miswanto…. Saya cek sama nama mahasiswa, judul, dibandingkan skripsi dan artikel yg dipublikasikan…. Minta pencerahannya

    Suka

    • Mengenai urutan penulis sebaiknya berdasarkan kontribusinya. Yang memberikan kontribusi terbesar menjadi penulis pertama. Jika kontribusi terbesar adalah mahasiswa maka sebaiknya penulis pertama adalah mahasiswa. Dosen pembimbing (utama) bisa sebagai penulis korespondensi. Jika mahasiswa ikut penelitian dosen, maka wajarlah jika dosen sebagai penulis pertama (sekaligus penulis korespondensi). Sebaiknya komunikasikan diantara tim peneliti (mahasiswa, PU, PP, dan lainnya jika ada).

      Suka

Tinggalkan komentar